Monday, July 2, 2012

Wong Fei Hung. Pendekar Islam dari China.


Wong Fei Hung. 

Selama ini kita hanya mengenal Wong Fei Hung sebagai jagoan
Kung fu dalam film Once Upon A Time in China.
Dalam film itu, karakter Wong Fei Hung dipegang oleh aktor
terkenal Hong Kong, Jet Li. Namun siapakah sebenarnya
Wong Fei Hung?

Wong Fei Hung adalah seorang Ulama, Ahli Pengubatan,
dan Ahli Beladiri legendaris yang namanya ditetapkan sebagai
Pahlawan Nasional China oleh pemerintah China. Namun
Pemerintah China  sering berupaya mengaburkan jatidiri
Wong Fei Hung sebagai seorang muslim demi menjaga
supremasi kekuasaan Komunis di China.



Wong Fei-Hung dilahirkan pada tahun 1847 di Kwantung
(Guandong) dari keluarga muslim yang taat. Nama Fei pada
Wong Fei Hung merupakan dialek Canton untuk menyebut
nama Arab, Fais. Sementara Nama Hung juga merupakan dialek
Kanton untuk menyebut nama Arab, Hussein.
Jadi, bila di-bahasa -arab-kan, namanya ialah Faisal
Hussein Wong.

Ayahnya, Wong Kay-Ying adalah seorang Ulama,
dan tabib ahli ilmu pengobatan tradisional, serta ahli
beladiri tradisional Tiongkok (wushu/kungfu).
Ayahnya memiliki sebuah klinik pengubatan bernama
Po Chi Lam di Canton (ibukota Guandong).
Wong Kay-Ying merupakan seorang ulama yang
menguasai ilmu wushu tingkat tinggi. Ketinggian ilmu
beladiri Wong Kay-Ying membuatnya dikenal sebagai
salah satu dari Sepuluh Macan Kwantung. Posisi Macan
Kwantung ini di kemudian hari diwariskannya
kepada Wong Fei Hung.

Kombinasi antara pengetahuan ilmu pengubatan
tradisional dan teknik beladiri serta ditunjang oleh
keluhuran budi pekerti sebagai Muslim membuat
keluarga Wong sering turun tangan membantu
orang-orang lemah dan tertindas pada masa itu.
Karena itulah masyarakat Kwantung sangat
menghormati dan mengidolakan Keluarga Wong.

Pesakit klinik keluarga Wong yang meminta bantuan
pengubatan umumnya berasal dari kalangan miskin
yang tidak mampu membayar biaya pengobatan.
Walau begitu, Keluarga Wong tetap membantu
setiap pesakit yang datang dengan sungguh-sungguh.
Keluarga Wong tidak pernah memilih dalam membantu,
tanpa memedulikan suku, ras, agama, semua dibantu
tanpa pilih kasih.

Secara rahasia, keluarga Wong terlibat aktif dalam
gerakan bawah tanah melawan pemerintahan Dinasti Ch’in
yang korup dan penindas. Dinasti Ch’in ialah Dinasti
yang merubuhkan kekuasaan Dinasti Yuan yang memerintah
sebelumnya. Dinasti Yuan ini dikenal sebagai satu-satunya
Dinasti Kaisar Cina yang anggota keluarganya banyak
yang memeluk agama Islam.

Wong Fei-Hung mulai mengasah bakat beladirinya
sejak berguru kepada Luk Ah-Choi yang juga pernah
menjadi guru ayahnya. Luk Ah-Choi inilah yang
kemudian mengajarinya dasar-dasar jurus Hung Gar
yang membuat Fei Hung sukses melahirkan Jurus
Tendangan Tanpa Bayangan yang legendaris.
Dasar-dasar jurus Hung Gar ditemukan, dikembangkan
dan merupakan andalan dari Hung Hei-Kwun,
kakak seperguruan Luk Ah-Choi. Hung Hei-Kwun
adalah seorang pendekar Shaolin yang lolos dari
peristiwa pembakaran dan pembantaian
oleh pemerintahan Dinasti Ch’in pada 1734.

Hung Hei-Kwun ini adalah pemimpin pemberontakan
bersejarah yang hampir mengalahkan dinasti penjajah
Ch’in yang datang dari Manchuria (sekarang kita
mengenalnya sebagai Korea). Jika saja pemerintah
Ch’in tidak meminta bantuan pasukan-pasukan
bersenjata bangsa asing (Rusia, Inggris, Jepang),
pemberontakan pimpinan Hung Hei-Kwun itu
nescaya akan berhasil mengusir pendudukan Dinasti Ch’in.

Setelah berguru kepada Luk Ah-Choi, Wong Fei-Hung
kemudian berguru pada ayahnya sendiri hingga pada awal
usia 20-an tahun, ia telah menjadi ahli pengobatan
dan beladiri terkemuka. Bahkan ia berhasil mengembangkannya
menjadi lebih maju. Kemampuan beladirinya semakin sulit
ditandingi ketika ia berhasil membuat jurus baru yang
sangat taktis namun efisien yang dinamakan Jurus Cakar Macan
dan Jurus Sembilan Pukulan Khusus.

Selain dengan tangan kosong, Wong Fei-Hung juga
mahir menggunakan bermacam-macam senjata.
Masyarakat Canton pernah menyaksikan langsung
dengan mata kepala mereka sendiri bagaimana ia
seorang diri dengan hanya memegang tongkat berhasil
menghajar lebih dari 30 orang jagoan pelabuhan
berbadan kekar dan kejam di Canton yang mengeroyoknya
karena ia membela rakyat miskin yang akan mereka peras.

Dalam kehidupan keluarga, Allah banyak mengujinya
dengan berbagai cobaan. Seorang anaknya terbunuh
dalam suatu insiden perkelahian dengan mafia Canton.
Wong Fei-Hung tiga kali menikah karena isteri-isterinya
meninggal dalam usia muda. Setelah isteri ketiganya
meninggal, Wong Fei-Hung memutuskan untuk hidup
sendiri sampai kemudian ia bertemu dengan Mok Gwai Lan,
seorang perempuan muda yang kebetulan juga ahli beladiri.

Mok Gwai Lan ini kemudian menjadi pasangan hidupnya
hingga  akhir hayat. Mok Gwai Lan turut mengajar beladiri
pada kelas khusus perempuan di perguruan suaminya.

Pada 1924 Wong Fei-Hung meninggal dalam usia 77 tahun.
Masyarakat Cina, khususnya di Kwantung dan Canton
mengenangnya sebagai pahlawan pembela kaum mustad’afin
(tertindas) yang tidak pernah gentar membela kehormatan
mereka. Siapapun dan berapapun jumlah orang yang menindas
orang miskin, akan dilawannya dengan segenap kekuatan dan
keberanian yang dimilikinya.

Wong Fei-Hung wafat dengan meninggalkan nama
harum yang membuatnya dikenal sebagai manusia yang
hidup mulia, salah satu pilihan hidup yang diberikan Allah
kepada seorang muslim selain mati Syahid. Semoga segala
amal ibadahnya diterima di sisi Alah Swt dan semoga segala
kebaikannya menjadi teladan bagi kita, generasi muslim
yang hidup setelahnya. Amin.(Maklumat ini juga boleh 
di dapati dari Wikipedia.)
SUMBER:Diposkan oleh Hamdi Akhsan Blog 

No comments:

Post a Comment

Entry lain yang anda mungkin suka...

Related Posts with Thumbnails