Tuesday, October 29, 2013

Pemimpin Yang Membawa Azab...Jangan Cenderung Kepada Pemimpin Yang Zalim.

Syaikul Islam Imam al Ghazali dalam kitabnya Ihya 
Ulumuddin pernah memberikan nasihat tentang cara 
berinteraksi dengan pemimpin yang zalim. 

"Jangan bergaul dengan para pemimpin dan pembesar
yang zalim, bahkan jangan menemuinya. Berjumpa dan
bergaul dengan mereka hanya membawa petaka. Dan
sekiranya kamu terpaksa bertemu, jangan memuji-muji
mereka, kerana Allah sangat murka ketika orang fasik
dan zalim dipuji. Dan barangsiapa mendoakan mereka
panjang umur, maka sesungguhnya dia suka agar Allah
didurhakai di muka bumi. "

Tidak hanya tentang pertemuan, bahkan Imam al Ghazali 
mengeluarkan larangan menerima pemberian dari penguasa
yang zalim. 

"Jangan menerima apa-apa pemberian dari golongan
pembesar, meski kamu tahu pemberian itu berpunca dari
yang halal. Sebab, sikap tamak mereka akan merosakkan
agama. Pemberian itu akan menimbulkan rasa simpati 
(jika diterima). Lalu kamu akan mula menjaga 
kepentingannya mereka dan berdiam diri atas kezaliman 
yang mereka lakukan. Dan itu semua telah merosakkan 
agama. "

Peringatan susulan juga diungkapkan. Sekecil-kecilnya
mudharat ketika seseorang menerima hadiah dari penguasa
adalah, akan muncul rasa sayang terhadap mereka.
"Seterusnya kami akan mendoakan mereka kekal dan lama
di atas kedudukannya. Mengharapkan orang yang zalim lama
berkuasa sama seperti mengharapkan kezaliman berpanjangan
atas hamba-hamba Allah dan alam akan musnah binasa. "

Jika sudah demikian, Imam al Ghazali mengajukan soalan
yang luar biasa menyeramkan. "Apalagi yang lebih buruk
dibanding dengan kerosakan agama?"

Setiap penguasa, selalu mempunyai kemungkinan untuk
berbuat zalim, kecuali penguasa yang beriman kepada Allah,
berteman dan dikeliling orang-orang yang beriman pula.
Mereka saling mengingatkan dan memberi nasihat, hanya
demi kebaikan, dan bukan untuk kepentingan.

Tapi ketika seorang penguasa dikelilingi orang-orang yang
busuk dan jahat, maka kezaliman hanya tinggal menunggu
masa untuk dirasakan. Dan ketika semua itu terjadi,
kerosakan akan bermaharajalela, kehancuran di depan mata, menggelincirkan manusia dari jalan kebenaran dan menjadikan
kesesatan sebagai panutan. Kerana itu, pemimpin yang zalim
masuk menjadi salah satu golongan yang paling dibenci oleh
Allah SWT.

Rasulullah bersabda, "Ada empat golongan yang paling
Allah benci. Peniaga yang banyak bersumpah, orang
fakir yang sombong, orang tua yang berzina, dan
seorang pemimpin (penguasa) yang zalim." 
(HR. An-Nasai)

Bahkan, Rasulullah memberikan penegasan sanksi atas
para pemimpin yang zalim. Dalam Shahih Bukhari Muslim disebutkan, Rasulullah bersabda, "Tidaklah ada seseorang 
hamba yang Allah beri kepercayaan untuk memimpin, 
kemudian pada saat matinya dia berada dalam (keadaan) 
melakukan penipuan terhadap rakyatnya, kecuali akan 
diharamkan atasnya untuk masuk syurga."

Alangkah ruginya para pemimpin seperti ini. Dan alangkah
malangnya umat dan rakyat yang mendapat pemimpin seperti 
ini. Ketika seorang pemimpin zalim berkuasa, maka yang
bertanggung jawab bukan hanya para pelaku kekuasaan; raja,
maharaja, presiden bahkan gabenor dan kepala desa. Umat ​​
dan rakyat pun akan bertanggung jawab memikul beban
penguasa yang zalim.

Ibnu Taimiyyah dalam karyanya Siyasah Syari'iyah mengutip
sebuah hadis Rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad. 
"Barangsiapa yang mengangkat seseorang (pemimpin)
untuk mengurusi perkara kaum Muslimin sementara dia
mendapati ada seseorang yang lebih layak daripada orang 
yang diangkatnya, maka dia telah berkhianat pada
Allah SWT dan Rasul-Nya."

Dalam hadis lain yang diriwayatkan dari sahabat Jabir ra,
Rasulullah juga menegaskan bahawa mereka yeng memilih
pemimpin dengan pamrih duniawi maka Allah tidak akan
menyapa orang-orang seperti ini di akhirat nanti.

"Ada tiga orang yang tidak akan diajak bicara oleh
Allah pada hari kiamat, tidak dilihat dan tidak akan
disucikan, dan bagi mereka azab yang pedih. Mereka
adalah; Orang yang mempunyai kelebihan air di padang
pasir namun tidak mau memberikannya kepada orang 
yang berada di tengah perjalanan; orang yang menawarkan
barang dagangan kepada orang lain setelah Ashar, lalu ia 
bersumpah dengan nama Allah bahawa ia telah membelinya
sekian dan sekian sehingga lawannya mempercayainya,
padahal sebenarnya tidaklah demikian; dan seseorang
yang mengikrarkan kepatuhannya kecuali untuk kepentingan
dunia (harta),bila sang pemimpin memberinya ia akan patuh
dan bila tidak memberinya ia tidak akan mematuhinya. "

Jauh-jauh hari, sesungguhnya Allah telah melakukan 
perlindungan agar kita tidak mempunyai kecenderungan hati 
pada orang-orang yang zalim. Sebab, kecenderungan itu akan mengantarkan kita pada azab yang pedih.

"Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang
zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, dan
sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolong pun
selain daripada Allah, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan." (QS Hud [11]: 113)

Sungguh, seorang pemimpin sejatinya adalah sebuah perisai
yang melindungi rakyatnya. Seperti sabda Rasulullah,
"Sesungguhnya seorang pemimpin itu merupakan perisai,
rakyat akan berperang di belakang serta berlindung
dengannya. Bila ia memerintah untuk takwa kepada
Allah azza wa jalla serta bertindak adil, maka ia akan
memperoleh pahala. Namun bila ia memerintah dengan
selainnya, maka ia akan mendapatkan akibatnya.
"(HR Muslim)

Pemimpin dan yang dipimpin adalah mata rantai yang
tidak boleh dipisahkan. Pemimpin lahir dari dan terpilih
oleh orang-orang yang akan dipimpin. Ketika seorang
pemimpin bersalah, maka bersalah pula mereka yang
memilihnya. Ketika seorang pemimpin berbuat zalim,
maka mereka yang memilih juga akan menanggung
akibatnya.

Sungguh bukan pekerjaan ringan untuk menjaga dan
menghalang-halangi para pemimpin agar tidak berbuat
zalim. Orang-orang yang dipimpin harus menjaga para
pemimpin dengan cara memastikan bahawa ketua negara
melakukan kewajiban-kewajiban besarnya. Kewajiban
pemimpin negara adalah menegakkan keadilan,
memberantas kezaliman, melaksanakan undang-undang 
syariat, dan bahkan kewajiban personal untuk tidak 
melakukan maksiat.

Umar bin Khattab ra lebih tegas lagi mengatakan, tugas
seorang pemimpin adalah menjaga agama.
"Pemimpin di angkat untuk menegakkan agama Allah,"
kata Umar bin Khattab.

Jika kita mampu menjaga para pemimpin yang terpilih,
menjadi para pemimpin yang menegakkan agama Allah,
menjaga akidah umatnya, memberantas kezaliman dan
melaksanakan syariat, sungguh negeri ini ibarat 
potongan syurga di dunia. Apalagi Rasulullah bersabda 
bahawa menasihati para pemimpin untuk taat pada Allah, 
adalah salah satu perilaku yang mengundang redha-Nya.
"Sesungguhnya Allah redha terhadap tiga perkara 
dan membenci tiga perkara. Dia rela apabila kalian 
menyembah-Nya, berpegang teguh pada tali-Nya dan 
menasihati para pemimpin. Dan Allah membenci 
pembicaraan sia-sia, menghambur-hamburkan harta dan 
banyak bertanya. "

Ada beberapa perkara yang membuat pemimpin tergelincir
pada perilaku zalim. Yang paling berbahaya adalah, ketika
seorang pemimpin menuruti hawa nafsu dan mengejar
kesenangan dunia. Kemudian, kolusi dan nepotisme yang
tidak sesuai dengan peraturan kebenaran. Para penasihat
yang buruk dan teman yang jahil, juga mampu 
menggelincirkan para pemimpin.Jika orang-orang yang 
lemah dan kaum kuffar dijadikan sebagai pembantu,
kehancuran tinggal menunggu waktu.Rela dan mudah 
terpengaruh pada tekanan antarabangsa, juga menjadi 
penyebab pemimpin berlaku zalim.

Tugas umat, belum lagi selesai. Setelah terpilih, para 
pemimpin harus terjaga. Jika tidak, kita juga yang akan 
merasakan azab dan akibatnya. Sebab, keadilan seorang 
pemimpin adalah penawar dahaga bagi umatnya dan lebih 
utama dari ibadah ritual yang dilakukannya. 
"Keadilan seorang pemimpin walaupun sesaat
jauh lebih baik daripada tujuh puluh tahun," 
demikian sabda Rasulullah. (HR Thabrani)

Tapi jika yang terjadi justru sebaliknya, maka sungguh 
keadaan yang akan menimpa."Yang aku takuti pada umatku 
adalah pemimpin-pemimpin yang menyesatkan," 
sabda Rasulullah. (HR Dawud)

Jika pemimpin-pemimpin sesat telah memimpin, maka 
manusia akan berada pada penyelasan yang tiada tara 
seperti yang digambarkan Allah dalam firman-Nya. 
"Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikan dalam 
neraka, mereka berkata:" Alangkah baiknya, andaikata 
kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul." 
(QS al Ahzab [33]: 66)


Dan ketika kita sampai pada tahap itu, penyesalan paling 
besar pun tidak akan bermakna. Semoga kita adalah umat 
yang terbaik, dengan pemimpin-pemimpin yang soleh dan 
muslih. Bukan sebaliknya, umat yang dipimpin para penguasa 
yang zalim dan bathil.Semoga pemimpin kita tidak seperti 
pepatah, tongkat yang membawa rebah!

Saya kongsikan artikel ini untuk kita berfikir adakah kita 
telah memilih,melantik mereka yang berhak atau sebaliknya…
Adakah kita tidak takut dengan azab dan tidak taat kepada
Allah SWT…??? Nauzubillah...............

No comments:

Post a Comment

Entry lain yang anda mungkin suka...

Related Posts with Thumbnails