Artikel ini untuk semua
pembaca blog dan teristimewa
untuk Cik/Pn Rozylawati A Rahman -( dengan persoalan -
Blhkh terangkan pd sy secara terperinci apakah mksudny
tnpa kehadiran hati...)semoga persoalan sdri terjawab.....
untuk Cik/Pn Rozylawati A Rahman -( dengan persoalan -
Blhkh terangkan pd sy secara terperinci apakah mksudny
tnpa kehadiran hati...)semoga persoalan sdri terjawab.....
Dzikir merupakan salah satu
ibadah yang memiliki
banyak keistimewaan, di
antaranya: akan mendatangkan
ketenangan bagi para
pelakunya. Sebagaimana ditegaskan
Allah ta’ala dalam
firman-Nya,
“أَلَا
بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ”.
Artinya: “Ingatlah,
hanya dengan mengingat Allah hati
menjadi tenteram”. QS. Ar-Ra’du: 28.
Namun, yang kerap menjadi
pertanyaan, sudahkah dzikir
yang kita lantunkan
mendatangkan ketenangan batin?
Jika belum, barangkali
dikarenakan kita baru asal berdzikir.
Berikut beberapa kriteria
dzikir sempurna yang diharapkan
akan membuahkan ketentraman
hati:1
1. Dzikir yang banyak.
Dalil kriteria ini, antara
lain: QS. Al-Ahzab: 41.
Batas minimal seorang bisa
dikatakan telah banyak berdzikir
adalah: manakala dia rajin
mengamalkan dzikir dan wirid
yang telah ditentukan momen-momennya
dalam al-Qur’an
dan Sunnah2.
Adapun batas maksimalnya:
lisan seseorang senantiasa basah
dengan dzikrullah dalam
setiap kesempatan, sebagaimana
dijelaskan Allah ta’ala dalam
QS. Ali Imran: 191.3
2. Dzikir yang memadukan antara
amalan lisan dan
peresapan hati.
Maksudnya, dzikir yang
dilantunkan dengan lisan, berupa
tasbîh, tahmîd, tahlîl,
takbîr, istighfâr dan yang lainnya, diiringi
dengan peresapan makna yang
dikandung dalam berbagai
kalimat mulia tersebut.
Sehingga membuahkan perubahan
perilaku seorang hamba
menuju kepada kebaikan. Dan inilah
tingkatan dzikir yang
paling tinggi.4
3. Dzikir yang mengiringi
seluruh amalan hamba.
Dzikir bukanlah suatu
amalan tidak mungkin digabungkan
dengan amalan lainnya5. Bahkan dzikir
bisa memasuki ranah
seluruh amalan; shalat,
puasa, zakat, haji, amar ma’ruf nahi
mungkar dan ibadah lainnya.
Justru manakala amalan tersebut
dipadukan dengan dzikir,
maka amalan tersebut akan melesat
menuju puncak kualitasnya
yang tertinggi6.
Maksud kriteria ketiga ini: manakala seorang hamba melakukan
Maksud kriteria ketiga ini: manakala seorang hamba melakukan
amal ibadah apapun ia tidak
lupa untuk berdzikir alias
mengingat Allah, dan
menghadirkan keikhlasan niat di dalamnya.
4. Dzikir yang sesuai dengan
tuntunan syariat.
Alangkah mengherankan
praktek sebagian kalangan yang
dengan rutin membaca wirid
dan hizib yang sama sekali tidak
ada dalilnya dari al-Qur’an
dan Sunnah, padahal masih banyak
dzikir yang jelas-jelas ada
tuntunannya belum mereka amalkan.
Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam mengingatkan,
Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam mengingatkan,
“مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا
فَهُوَ رَدٌّ”.
“Barang siapa yang
melakukan suatu amalan yang tidak sesuai
dengan petunjukku, maka
amalan itu akan ditolak”.
HR. Muslim (III/1344 no
1718).
Penulis: Ustadz
Abdullah Zaen, MA
Dari artikel 'Bukan Sembarang Dzikir — Muslim.Or.Id'
No comments:
Post a Comment